Asal usul Desa Petung tidak terlepas dari tokoh central yakni Joko Untung dan Ki Prono yang diyakini Masyarakat sebagai tokoh utama berdirinya desa Petung, namun Sebagian masyarakat meyakini bahwa nenek moyang mereka adalah Mbah Gading mataram[1] sebagai bukti makamnya dijadikan pepunden dan pada masanya didesa petung ada acara bari’kan setiap malam Jum’at Legi masyarakat berkumpul disana.
Dikisahkan bahwa Joko Untung dan Ki Prono merupakan orang yang sakti dung deng. diriwayatkan bahwa Ki Prono datang dari “Puger”[2] dengan perasaan tidak tenang karena dikejar oleh tentara kompeni belanda, hingga ki prono istirahat duduk ditempat yang saat ini diberi nama “PELINGGIAN” Tempat Lungguh (Red. Duduk).
Jika ditelusuri berdasarkan daerah asal maka Puger saat ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Jember[3], akan tetapi Penisbatan Nama kecamatan Puger itu Pun diambil dari nama Pangeran Puger salah satu Putra Susuhan Amangkurat I dan Adik dari Amangkurat II atau Cucu dari Sultan Agung Kasultanan Mataram Islam[4].
Maka bisa dipastikan tokoh central babat alas petung ada kaitanya dengan Pangeran Puger/ Pakubuwana I Bukan puger sebagai nama daerah. Fakta sejarah yang menguatkan Penisbatan Ki Prono bagian Dari Pangeran Puger adalah Perang Takhta Jawa Pertama (1704-1708) yang terjadi di Bangil Pasuruan. Yakni Sebuah Perang adu Domba Kompeni VOC Belanda antara Pangeran Puger, dan Sultan Mataram Amangkurat III, yang juga melibatkan Adipati Pasuruan Untung Suropati (Pahlawan Nasional asal Pasuruan).
Dalam Perang tersebut banyak yang meninggal dari kedua kubu, terlebih dari pasukan mataram dan untung Suropati karena dirasa sudah tidak seimbang akhirnya melarikan diri, ada yang kearah malang (golongan amangkurat III) dan adapula yang lari ke arah selatan termasuk untung Suropati.
Dalam pertempuran tersebut Untung dikabarkan terkena peluru kencana, namun masih hidup akan tetapi putra dan pengikutnya membuat keranda atau makam palsu untuk mengkelabui Kompeni VOC.
Banyak yang mengira Untung sudah meninggal dalam peperangan tersebut, namun nyatanya beliau masih hidup dan bersembunyi disalah satu alas/hutan di kaki gunung Bromo.
Tempat persembunyian Untung tersebut oleh masyrakat disebut “Petung” yang berasal dari kata “Umpet” dan Tung yang memiliki arti Umpet=Bersembunyi dan Tung = joko Untung/untung Suropati. Lokasi tersebut sekarang menjadi Sebuah Desa Petung yang secara administratif masuk wilayah Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan.
Dalam persembunyian dari kejaran tentara kompeni belanda ini, Joko Untung dibarengi dengan Ki Prono dan putra-putranya. Disisi lain Tentara belanda masih mencari keadaan Untung apakah masih hidup atau sudah meninggal, hingga membuat sayembara kepada rakyat saat itu, dengan iming-iming hadiah besar bagi yang mampu berhasil menunjukan makam joko untung untuk memastikan ia benar-benar meninggal, atau menunjukan dimana persembunyiannya jika masih hidup.
Akhirnya ada pribumi yang mengkelabui dengan menunjukan makam palsu, yang kemudian dibongkar, sehingga tidak heran jika ada cerita bahwa mayit untung suropati dibakar serta abunya dibuang ke laut.
Keberadaan Joko Untung dan Ki Prono pun sempat tecium oleh belanda karena ada antek belanda yang melapor, akan tetapi saat tentara belanda mendatangi (Red Jawa, Moro) tempat persembunyian tersebut, ki prono dan joko untung tidak terlihat kasat mata, dilokasi tersebut terlihat gelap (Red Jawa Peteng), Kedatangan belanda, yang dalam Bahasa Jawa datang artinya adalah moro, namun tidak membuahkan hasil akhirnya daerah tersebut dijuluki Cemoro/ ndak dadi moro (tidak jadi datang).
Lambat laun di cemoro mereka membangun bangunan gubuk, Karena semakin lama semakin ramai maka diberilah nama Cemoro Rejo, yang saat ini menjadi Makam/petilasan Joko Untung dan Mbah Prono serta dijadikan tempat pemakaman umum bagi masyarakat Petung.
Selain Derivasi Petung (umpet e Joko Untung) dan Petung berasal dari (pikuate Untung) juga kata petung dinisbatkan dengan tempat yang banyak bambu (pring Petung)nya, diceritakan pula bahwa Ki Prono mempunyai 3 anak dan semuanya bergender laki-laki yaitu Kampil, Tolu dan Wolu, adapula yang menyebutkan ada 4 putra yakni Kek Tolu, kek Kalo, Kek Redi. Kek Wolo yang pada saat itu satu-satunya mata pencaharian adalah dibidang pertanian.
Suatu Ketika ketiga putra ki prono berlomba untuk membuktikan kepandaianya dibidang pertanian/bercocoktanam ke sang ayah, para putra nya melakukan penanaman ditempat terpisah, setelah selesai menanam mereka pulang dan masing-masing menyampaikan kalau sudah menanam bambu petung. Seketika itu dimalam hari mereka dikagetkan dengan bunyi gemuru angin dirumahnya. Akhirnya mereka penasaran dan segera bergegas melihat apa yang sedang terjadi, terkejutnya ternyata bambu yang ditaman anak ki prono sudah berimbun dan menjulang tinggi, sontak putra-putra ki prono mengatakan “aku berhasil”, atas prestasinya tersebut Ki Prono memberi nama Bambu hasil jerih payah putranya dengan sebutan “Petung tunggul”/ Petung Unggul.
Babatan alas hutan bambu (petung tunggul) inilah yang kemudian menjadi Desa Petung, konon Bambu Petung Tunggul (Unggul) ini terlihat dari Pasuruan sangking tingginya[5], Mengenai lokasi barongan bambu Petung tersebut narasumber menyebutkan 1. Di Cemoro Rejo/Di Area makam desa, 2, Di Dekat Rumah Pak Surani, 3. Di sebelah timur Rumah Pak Siswantoro yang sampai saat ini tempat tersebut masih diyakini ada mistisnya.
Desa Petung saat ini menjadi 4 dusun yakni:
[1] Wawancara Juru Kunci Pak Nur Suid
[2] Wawancara Yai Rukanah dan Yai Asir
[3] www.nama-nama-kecamatan-kabupaten-jember
[4] Wikipedia tentang kecamatan Puger
[5] Yai Rukanah, ada petingi Desa diera Bupati Jeliting menanyakan kondisi Bambu Petung Unggul ini